Laman

Selasa, 16 Agustus 2011

Rakyat Belum Sepenuhnya Merdeka

Gegap gepita “MERDEKA” 2 hari lagi akan menggaung diseluruh negeri , 17 Agustus 1945 adalah detik-detik penentuan hari lahirnya bangsa Indonesia tercinta ini. Kini sudah 66 tahun lamanya kita lepas dari bentuk penjajahan bangsa asing.  Selama itu pula kita mampu bangkit menjadi Negara yang besar dan bermartabat sejajar dengan Negara lain. Namun kemerdekaan kini tiada artinya lagi “PENJAJAH “
kini datang lagi, bukan dari bangsa asing  tapi datang dari negeri sendiri. Penguasa negeri adalah panjajah yang sesungguhnya saat ini, mereka tanpa tedeng aling-aling, tanpa malu, terorganisir/ berjamaah melakukan  penjajahan kepada rakyat berupa tindak  korupsi . Tidak bisa dipungkiri lagi korupsi telah merajalela melemahkan bangsa besar tercinta kita menjadi bangsa yang sakit.

“KEMEDKEKAAN”  hanya dimiliki segelintir orang-orang yang mempunyai kekuasaan melakukan  hal sesuka hati, membolak-babalikan fakta dan dengan mudahnya membeli hukum untuk melindungi diri dan melindungi kekuasaanya. Bersama antek-anteknya melakukan pembohongan public , mengeksploitasi rakyat kecil menjadi sapi perahan yang dimanfaatkan sebagai pengahasil devisa negara tertingi tanpa memperdulikan keselamatannya samasekali. Enggan sekali membimbing ,memberi pendidikan  dan mengarahkan menjadi manusia yang berkwalisas tinggi, Biaya pendidikan  berlogo “GRATIS” tidaklah gratis yang sebenar-benarnya, pungutan masih tetap ada saat pendaftaran sekolah berlangsung.. Kenyataan masih banyak sekali yang tidak mampu mengenyam pendidikan layak. Anak bangsa adalah cermin bangsa, generasi penerus , namun apa jadinya kalau sebangian besar rakyat Indonesia masih belum  sepenuhnya “MERDEKA” menikmati pendidikan yang menjadi modal pembentukan karakter bangsa Indonesia itu sendiri. Berbeda sekali yang tertera dalan UUD 1945 pasal 34 yang berbunyi bahwa Fakir miskin dan anak terlantar di pelihara oleh Negara . Bahkan di Ibu Kota Negaralah banyak di jumpai mereka, gelandangan, anak jalanan, dan pengemis.

Indonesia yang terkenal dengan negeri agraris bertanah subur  yang kaya akan sumber daya alam, hasil bumi yang melimpah. Namun mengapa masih banyak rakyat hidup dibawah garis kemiskinan . Ironis bukan!? Potensi- potensi negeri dijual kepada  pihak asing dan rakyat hanya berperan sebagai buruhnya. Yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin, keadaan semakin menyulitkan bagi yang tidak mampu beradaptasi dengan baik, hidup di tengah Negara yang semrawut, para petingginya sibuk dengan urusan masing-masing , enggan turun tangan mengatasi masalah malah saling lempar masalah. Rakyat sudah jenuh, muak setiap ahri disodori drama para anggota gedung DPR, MPR, sehingga menjadi sikap yang apatis, cuek, acuh, lebih menyibukan diri mencari sesuap nasi.

Kemerdekaan rakyat yang terampas oleh penguasa negeri yang rakus harta dan kekuasaan .KEMBALIKAN KEMERDEKAAN KAMI !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar