Laman

Sabtu, 21 Mei 2011

MANTEN NDAGEL

Tak terpikir olehku untuk mendapat kesempatan menjadi perias manten beneran, kali ini adalah temanku sendiri yang akan menikah dengan pria hitam manis dari Bantul Jogjakarta, "Seperti mimpi saja batinku" Pagi-pagi sekali aku bangunkan calon pengantin untuk mulai di rias, maklum dukun mantenya masih belajaran, pasti deh memakan waktu yang cukup lama meriasnya.
Dengan Bassmalah kumantapkan hati mulai menyisir rambut Tari sahabat kentalku ini, walau dalam hati dagdigdug juga " Pie iki kalau hasilnya jelek malu aku " kata hati kecilku. Kan temanten prianya dari Jogjakarta yang pasti kalau daerah sana riasan mantenya lebih bagus dan lebih pakem.

           Pe De aja lah pikirku kemudian, pastilah mereka maklum kalau tahu dukun mantene masih nyantrik Akhirnya selesai juga tugasku merias pengantin  putri tinggal merias pengantin pria tak serumit merias pengantin wanita ganti baju saja sebentar di dandanin sedikit pakai bedak, lipstik tipis saja sudah ok dan Pak Penghulu sudah datang.Tak selang berapa lama mendapat mandat mengadirkan kedua mempelai untuk segera di nikahkan di ruang tamu yang telah di tata sederhana namun terkesan apik.

               Berderet kanan kiri para saksi,keluarga kedua mempelai,pengiring pengantin putra yang kebanyakan masih jomblo mereka asyik berkelakar menggoda kedua mempelai yang masih di dalam ruang rias.Telah di siapkan meja di tengah ruangan di mana Pak Penghulu sudah siap untuk memulai acara ijab kabulnya. Kulihat situasi sudah agak sedikit tenang inilah saatnya menghadirkan kadua mempelai agak sedikit malu sepertinya Tari temanku ini jadi pengantin  pria yang lebih dulu menuju ruangan denang pe denya tanpa menunggu pengantin putri keluar bersamanya.

              Begitu Mas Sarjono menampkan wajahnya di balik gorden aku dan Tari mengikutinya dari belakang dengan isengnya  pengiring pengantin pria menabuhinya dengan suara gendingan kebo giro yang di suarakan dengan mulut, tanpa basa basi lagi Mas Sarjono maju ke depan dan cancut taliwondo menyibakan jarik/ kain yg dikenakanya menari ala Bupati ketoprak yang lagi gandrung.Kontan saja semua yang ada di situ langsung tertawa terpingkal-pingkal melihat pengantin pria yang sedang beraksi tersebut.Aku sendiri langsung deprok di lantai saking tidak tahan menahan perutku yang sakit karena tertawa, sesaat kemudian situasi sudah kembali tenang Mas Sarjonopun sudah duduk taklim di sisi wali pengantin putri.

                Akupun menuntun pengantin putri menyusul duduk sambil mengusap air mataku yang berderai saat tertawa tadi, untungnya riasanya tidak rusak karena air mata coba kalau berantakan huh repot juga. Masih di iringi senyum-senyum geli mengingat aksi tadi namun acara ijab kabulnya berlangsung cukup hikmad  walaupun tadi ada aksi yang menghebohkan. Selasai sudah acara begitu singkatnya setelah acara ini tidak ada tambahan acara lagi karena temanku tidak suka hal-hal yang bebau mubazir yang penting singkat, padat, yang perpenting isinya, katanya.

              Sasampai dirumah akupun masih senyum-senyum sendiri kalau mengingat hal itu.

Kok ada ya orang yang lucu banget kayak Alm.Basuki, mending gabung saja ke

Srimulat untuk menyalurkan bakat humornya.

           Dering hpku membuyarkan lamunanku, segera ku sambar tuk menerimanya

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam, Ani ini aku Tari" sahut suara di seberang sana

"Pie Ri, ada apa?" tanyaku

"Begini, mertuaku pingin bikin acara walimahan di bantul, sana"

"Kapan"

"Besok, kamu bisa nggak"

"Wah mendadak sekali, tapi nggakpapa nanti sore aku ke rumah kamu, oh ya mau

pakai baju yang mana?" tanyaku balik

"Terserah kamu aja dech yang penting bagus"

"Ok lah kalau begitu aku siapin sekarang"

"Ok, terimakasih ya"

"Sama-sama"

"Wasalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

              Tut, terdengar hp ditutup dari seberang akupun segera menyiapkan pakaian yang kira-kira pantas untuk acara besok.Kurang lebih 3 jam menempuh perjalanan dari rumah Tari, Sigaluh, Banjarnegara hingga Banyumeneng, Bantul, Jogjakarta, tibalah di rumah Mas Sarjono yang ternyata telah di persiapkan dengan sekomplit-komplitnya tinggal mengiring kedua mempelai menuju pelaminan. Para tamu undangan yang sejak tadi menunggu kami langsung berdiri menyambut kedatangan rombongan pengantin.

               Kali ini terdengar gending kebo giro sungguhan asli dari kaset yang di putar bukan lagi hasil paduan suara teman-teman pengiring dan Mas Sarjono pun dengan gagahnya berdampingan pengantin putri melangkah pelan penuh wibawa. Dengan harap-harap cemas aku membimbing mempelai, jangan-jangan Mas Sarjono njoged lagi seperti waktu itu, pasti para tamu akan tertawa  geli di buatnya. Tetapi kecemasanku tak berlangsung lama karena mereka telah tiba duduk di pelaminan.

              Setelah merapikan letak duduk kedua mempelai aku menyingkir menuju bangku tamu yang masih kosong. Acara langsung di mulai dari penyambutan dan perkanalan dari pembawa acara yang ternyata juga bernama Sarjono.Pembawaan Mas MC yang sangat santun tapi di selingi humor-humor segar lucu sehingga para tamu undanag hadirin merasa tak jemu-jemunya mendengar guyonannya. Pada sesi berikutnya adalah nasehat / pitutur dari sesepuh yang ternyata juga bernama Bpk Sarjono.

                Kontan saja semua hadirin tertawa mendengarnya, betapa aku sangat di buat geli dan terharu atas peristiwa yang terjadi kali ini. Aku berfikir Tari pastilah akan awet muda hingga nantinya karena selalu di temani Mas Sarjono yang pelawak dan tetangga 2 tatangga yg tak kalah lucunya. Ahhhhhhhh. . . . aku sangat ngiri di buatnya.

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar